Pendekatan humanistik rogers teradap terapi- Person centered therapy- membantu pasien untuk lebih menyadari dan menerima dirinya yang sejati dengan menciptakan kondisi-kondisi penerimaan dan penghargaan dalam hubungan terapeutik. Focus dari terapi adalah pasien. Terapi adalah nondirektif, yakni pasien dan bukan terapis memimpin jalannya terapi. Terapis memantulkan perasaan-perasaan yang diungkapkan pasien untuk membantu berhubungan dengan perasaan-perasaan nya yang lebih dalam dan bagian-bagian dirinya yang tidak diakui karena tidak diterima oleh masyarakat. Terapis memantullkan kembali atau menguraikan dengan kata-kata apa yang diungkapkan pasien tanpa memberi penilaian.
- Metode terapi person-centered
Rogers mengemukakan enam syarat dalam proses terapi person-centered yang harus dipenuhi oleh terapis. Rogers mengatakan pasien akan mengadakan respon jika (1) terapis menghargai tanggung jawab pasien terhadap tingkah lakunya sendiri (2) terapis mengakui bahwa pasien dalam dirinya sendiri memiliki dorongan yang kuat untuk menggerakan dirinya kearah kematangan (kedewasaan) serta independensi, dan terapis menggunakan kekuatan-kekuatan ini dan bukan usahanya sendiri. (3) mencipakan suasana yang hangat dan memberikan kebebasan yang penuh dimana pasien dapat mengungkapkan atau juga tidak mengungkapkan apa saja yang diinginkannya (4) membatasi tingkah laku tetai bukan sikap (misalnya pasien mungkin mengungkapkan keinginan nya untuk memperpanjang petemuan melampaui batas waktu yang telah disetujui, tetapi terapis tetap memperthankan jadwal semula) (5) terapis membatasi kegiatannya untuk menunjukan pemahaman dan penerimaannya terhadap emosi yang sedang diungkapkan pasien. (6) terapis tidak boleh bertanya, menyelidiki, membujuk, dan meyakinkan kembali.
- Definisi-definisi dan konsep-konsep lain yang penting dalam terapi person centered:
- Self concept (konsep diri) mengenai konsepsi seseorang tentang dirinya.
- Ideal self (diri ideal) mengenai self-concept yang ingin dimiliki seseorang (seseorang ingin menjadi apa)
- Ketidakselarasan (incongruence) antara diri dan pengalaman yaitu suatu celah antara celf concept seseorang dan apa yang dialaminya.
- Ketidakmampuan menyesuaikan diri secara psikologis (psychological malajdusment). Terjadi bila seseorang menyangkal atau mendistorsi pengalaman-pengalaman yang penting.
- Keselarasan antara diri dan pengalaman
- Kebutuhan akan penghargaan positif (need for positive regards)
- Kebutuhan akan harga diri
- Contoh Proses terapi
Ketidakselarasan atau disosiasi merupakan suatu masalah yang terus menerus ditemukan oleh orang-orang yang mempelajari dinamika tingkah laku manusia. Contoh ketidaklarasan yang jelas adalah seorang siswa yang secara sadar ingin supaya berhasil di skolah tetapi ia terus menerus melakukan tingkah laku yang bertentenangan dengan usahanya untuk berhasil dan dia sendiri yakin bahwa dia gagal. Pada umumnya rogers menjawab maslah ini dengan berkata bahwa ada suatu ketidaklarasan atau kerekatan antara self-concept individu tersebut dan pengalaman organism nya karena cinta dari orang tua nya dan orang-orang lain yang berpengaruh dalam hidupnya dijadikan syarat untuk mengintroyeksikan gagasan-gagasan dan nilai-nilai tertentu seolah-oleh menjadi miliknya. Agasan dan nilai yang diinkorporasika dengan self concept nya sering kali tegar dan statis serta menghambat proses normal anak itu untuk menilai pengalaman-pengalamannya. Oleh karena itu, anak tersebut mengembangkan dan berusaha mengaktualisasikan suatu self (diri) yang bertentangan atau tidak selaras dengan proses organismik yang berdasarkan tendensi aktualisasi.
- Kelebihan
- Pendekatan ini menekankan bahwa konseli dpat menentukan keberhasilan atau kegagalan proses konseling.
- Konseli diberi kebebasan untuk merubah dirinya sendiri
- Pentingnya hubungan antar pribadi dalam proses konseling
- Pentingnya konsep diri
- Konselor berperan untuk mengarahkan dan menunjukan sikap pemahaman dan penerimaan
- Kelemahan
- Terkadang konseli seolah-olah merasa tidak diarahkan dan merasa tidak adanya tujuan yang jelas dari proses konseling, apalagi jika tidak adanya pengarahan dan saran dari konselor
- Pendekatan ini dianggap terlalu terikat pada lingkungan kebudayaan Amerika serikat, yag sangat menghargai kemandirian seseorang dan pengembangan potensi dalam kehidupan masyarakat.
- Client-centered counseling yang beraliran ortodoks akan sulit diterapkan terhadap siswa dan mahasiswa dan jarang dilaksanakan dalam institusi pendidikan di Indonesia.
sumber:
Semiun, Yustinus (2006). Kesehatan mental 3. Yogyakarta: Kanisius
Psikologi Konseling: Oleh Rizky Putri Asridha Sriemadingin, M.psi
Semiun, Yustinus (2006). Kesehatan mental 3. Yogyakarta: Kanisius
Psikologi Konseling: Oleh Rizky Putri Asridha Sriemadingin, M.psi
No comments:
Post a Comment